﷽
1 – Sebelum ’ada-yang-terbatas’ itu ada, ’dia’ tidak ada. Nah, bukankah kata ’dia’ di sini menunjuk pada ’ada-yang-terbatas’ yang telah/sedang ada, padahal saat itu (yakni sebelum ada), yang ditunjuk itu belum ada untuk bisa ditunju. 2 – Bukankah tidak ada apapun selain ’ada’? Atau dengan kata lain, selain ada = ’tiada’. Lantas, bila ada-yang-terbatas itu memerlukan selain dirinya, berarti dia memerlukan ’ketiadaan’ untuk mengadakan dirinya?
Silahkan ikuti penjelasan dan tanggapan ustadz SA terkait dengan sanggahan-sanggahan di atas di dalam PDF berikut: