Tafsir
Tafsir berasal dari akar kata “FASARA” dan fasara bermakna memisahkan, menjelaskan, menerangkan, Membuka, mengungkap sesuatu yang tersembunyi. Sebagian ahli Bahasa menganggab bahwa kata tafsir identik dan sama dengan fasara, sebagian lagi menganggap tafsir sebagai Mubalaghah/hyperbolicnya. Tetapi kebanyakan dan hampir semua ahli bahasa bersepakat mengartikan tafsir adalah menyingkap dan menjabarkan kata-kata dan istilah-istilah, dengan demikian bisa dikatakan bahwa mengingat Tafsir merupakan masdar dan kata dasar dari bab Taf’il, dimana di dalamnya tersembunyi makna hyperbolic, maka maknanya terlihat dengan jelas untuk mengungkap makna kata-kata dan hakikat yang tersembunyi. Kata Tafsir dalam al Qur an hanya terdapat dalam satu ayat yaitu di dalam ayat 33 dari surat al-Furqan. Yang berbunyi: “Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik”.
Dalam istilah, sebagian menganggap tafsir sebagai suatu ilmu, dan sebagian lagi menganggap sebagai usaha dan gerak akal. Sebagai contoh Raghib Esfahani mengatakan: “Tafsir menurut urufnya para cendekiawan adalah mengungkap makna-makna al Quran dan menerangkan maksudnya, baik karena kata-katanya yang sulit atau karena yang lain. Baik berdasarkan makna lahiriyahnya atau berdasarkan yang lainnya”. Allamah Thabathabai mengatakan: “Tafsir menerangkan makna-makna al Quran dan mengungkap maksud dan dalil-dalilnya”.
﷽ Apakah keinginan merupakan sumber dari penderitaan?… Dan apakah keikhlasan adalah sumber kebahagian?… Silahka simak tanggapan alm ust SA terkait denga pertanyaan di atas di dalam PDF berikut:
﷽ Apakah dalam peringatan Ashura atau Arbain wajib melakukan ma’ tam? Jika tidak ada ma’tam dalam peringatan tersebut. Yang dilakukan hanya doa ziarah apa dibolehkan? Apa maksud dari ma’tam itu sendiri? Apakah ma’tam termasuk budaya Syi’ah atau syariatnya ? Silahkan simak tanggapan alm ust SA terkait dengan pertanyaan di atas …
﷽ Ma’tam adalah membaca syair-syair duka yang dibarengi dengan memukul dada yang di awal-awal masuknya Islam di Aceh yang Syi’ah juga seperti itu dan sekarang di Aceh menjadi tradisi tepuk dada dalam bentuk lain. ….
﷽ Dalam salah satu status yang tentang hadis Imam Ali as tentang kondisi di Suriah. Salah satunya antum bilang bahwa kita ga usah khawatir menghadapi kondisi- kondisi yang tidak menentu pada akhir zaman, dan kemungkinan muncul-muncul Mahdi palsu. Alasannya menurut antum karena kita bisa mengacu kepada marja. Nah, yang ingin …
﷽ Apakah seorang yang bermadzhab Syi’ah boleh mengkafirkan orang di luar mereka yang masih muslim atau menganggap orang tua sebagai kafir? Silahkan simak tanggapan alm ust SA terkait dengan pertanyaan di atas di dalam PDF berikut: